Perubahanpola penggunaan lahan dan jaringan jalan di SWP III dari tahun 2004 – 2011 menunjukkan terjadinya perkembangan kota di wilayah ini. Namun perkembangan kota itu ternyata tidak sampai mengubah model struktur ruang kota di SWP III.
Famous Konversi Lahan Permukiman Di Asean Umumnya Terjadi Di Wilayah Ideas. Di wilayah yang lebih berkembang didominasi oleh lahan terbangun. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji bagaimanapengaruh perubahan guna lahan atau konversi lahan tersebut terhadap kondisi lingkungan lahan, air,dan udara di Lahan Permukiman Di Asean Umumnya Terjadi Di Wilayah Image Sites from / smp / 4. Area permukiman yang dibutuhkan juga semakin luas. Menurut agus 2004 konversi lahan sawah adalah suatu proses yang disengaja oleh manusia anthropogenic, bukan suatu proses Permukiman Yang Dibutuhkan Juga Semakin lahan permukiman eksisting yang terletak di wilayah kesesuaian lahan kelas sesuai ii adalah 8848,38 ha. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji bagaimanapengaruh perubahan guna lahan atau konversi lahan tersebut terhadap kondisi lingkungan lahan, air,dan udara di sana. Konversi lahan pemukiman di asean umumnya terjadi di Cadangan Permukiman Pada Kesesuaian Lahan Kelas Sangat konversi lahan terhadap perubahan ruang dan interaksi antarruang. Dia bisa memahami para petani yang melepas lahan miliknya karena kebutuhan biaya untuk perawatan dan penghasilan yang tak seimbang. Alih fungsi lahan akan membuat sawah dan lahan pertanian lainnya semakin sempit, secara otomatis lahan pertanian semakin Konversi Lahan, Dan Dampak Konversi Lahan Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan microsoft excel 2010 dan spss. Menurut arsyad dan rustiadi 200878 konversi lahan merupakan konsekuensi logis dari peningkatan aktivitas dan jumlah penduduk serta proses pembangunan lainnya. Dampak alih fungsi lahan pertanian menjadi pemukiman, yaitu produktivitas pangan / Smp / dengan hirarki lebih tinggi memiliki tingkat perkembangan yang tinggi juga, yang mana. Sebagai konversi lahan adalah perubahan fungsi sebagain atau seluruh kawasan lahan dari fungsi semula seperti yang direncanakan menjadi fungsi lain yang menjadi dampak negatif. Konversi lahan pertanian menjadi permukiman marak dilakukan di Agus 2004 Konversi Lahan Sawah Adalah Suatu Proses Yang Disengaja Oleh Manusia Anthropogenic, Bukan Suatu Proses karena itu, perkembangan permukiman yang saat ini terjadi dapat mengancam keberadaan dan luasan area kawasan yang seharusnya difungsikan untuk. Pada wilayah studi kasus terdapat wilayah. Seperti yang termuat dalam peraturan pemerintah negara republic indonesia nomer 1 tahun 2011 tentang alih fungsi lahan petanian. Meskipundemikian, kita harus mengawasi konversi lahan yang terjadi, jangan sampai mengganggu keseimbangan alam, ekosistem, dan kelangsungan hidup sebagian warga negara. Letak astronomis negara-negara ASEAN adalah 28°LU-11°LS dan 93°BT- 141°BT. Berdasarkan letak geografis, negara-negara ASEAN berada di antara dua samudra dan dua
JawabanKonversi lahan pertanian sering terjadi di negara-negara ASEAN dengan laju pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi, seperti Indonesia, Malaysia, Thayland, Vietnam, Laos, Kamboja, dan Filipina. Konversi biasanya terjadi di daerah pinggiran kota atau daerah persawahan yang dekat dengan fasilitas menjadi kebutuhan pokok manusia, semakin banyak jumlah manusia, maka areal pemukiman yang dibutuhkan juga semakin faktor utama penyebab terjadinya perubahan sistem konfersi lahan pertanian menjadi tempat permukiman dikarenakan banyaknya warga yang semakin bertambah dan berjumlah sangat banyak setiap tahunnya maka dari itu perlu untuk mengubah lahan pertanian untuk dijadikan tempat tinggal warga disekitarnya dan juga jumlah warga negara yang begitu pesat penduduknya tidak diketahui berapa jumlah nya dan pemerintah mengajukan untuk membuat perumahan/permukiman disekitar meningkatnya jumlah penduduk berarti jumlah kebutuhan menjadi lebih besar, salah satunya kebutuhan pada lahan. Mengingat sebagian besar penduduk Indonesia bermata pencaharian dalam bidang pertanian, maka semakin sempitlah lahan garapan karena telah dikonversi menjadi lahan permukiman, jalan, industri dan lainnya. Konversi lahan pada dasarnya merupakan hal yang wajar terjadi, namun pada kenyataannya konversi lahan menjadi masalah karena terjadi di atas lahan pertanian yang masih produktif dan ketersediaannya yang terbatas. Proses terjadinya alih fungsi lahan pertanian ke penggunaan non pertanian disebabkan oleh beberapa faktor meliputi faktor eksternal adanya dinamika pertumbuhan perkotaan, demografi maupun ekonomi, faktor internal kondisi sosial-ekonomi rumah tangga pertanian pengguna lahan, dan faktor kebijakan aspek regulasi yang dikeluarkan pemerintah pusat maupun daerah yang berkaitan dengan perubahan fungsi lahan pertanian. Dampak konversi lahan sawah antara lain menurunkan produksi padi nasional, kerugian akibat investasi dana untuk mencetak sawah, membangun waduk dan sistem irigasi. Dampak lainnya adalah menurunnya kesempatan kerja dalam bidang pertanian dan degradasi lingkungan. Upaya pencegahan konversi lahan sawah yang dapat dilakukan hanya bersifat pengendalian yang bertitik tolak dari faktor-faktor penyebab terjadinya konversi lahan sawah, yaitu faktor ekonomi, sosial, dan perangkat hukum. Selain itu, hendaknya didukung oleh keakuratan pemetaan dan pendataan penggunaan lahan yang dilengkapi dengan teknologi yang adalah aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara, meskipun tidak tertuliskonvensi /konvénsi/ n 1 permufakatan atau kesepakatan terutama mengenai adat, tradisi, dsb berdasarkan - , sudah sewajarnya pria melindungi wanita; 2 perjanjian antarnegara, para penguasa pemerintahan, dsb - Hukum Laut telah disetujui oleh negara sedang berkembang; 3konferensi tokoh masyarakat atau partai politik dng tujuan khusus memilih calon untuk pemilihan anggota DPR dsb.
periodetahun 1998 sampai 2008 telah terjadi konversi luas lahan pertanian menjadi lahan terbangun sebesar 2,249 ha dengan Perkembangan wilayah di Kabupaten Bandung Barat berdasarkan analisis skalogram tahun 2003 dan 2008, menunjukkan adanya peningkatan tingkatan hirarki tiap desa. membutuhkan kawasan permukiman dan lahan terbangun Pengaruh Konversi Lahan terhadap Kondisi Lingkungan di Wilayah Peri-urban Kota Semarang Studi Kasus Area Berkembang Kecamatan GunungpatiPengaruh Konversi Lahan terhadap Kondisi Lingkungan di Wilayah Peri-urban Kota Semarang Studi Kasus Area Berkembang Kecamatan GunungpatiKeterbatasan fisik alam yang berbukit dan rawan bencana longsor membuat konversi lahan di areaberkembang Kecamatan Gunungpati menjadi perihal yang penting untuk ditinjau pengaruhnyaterhadap kondisi lingkungan. Padahal fungsi dari Kecamatan Gunungpati itu sendiri adalah sebagaikawasan konservasi dan daerah resapan air. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji bagaimanapengaruh perubahan guna lahan atau konversi lahan tersebut terhadap kondisi lingkungan lahan, air,dan udara di sana. Berdasarkan hasil penelitian, area berkembang Kecamatan Gunungpati mengalamikonversi lahan menjadi lahan terbangun sebesar 28,02 Ha, atau bertambah 39,5% dalam 11 tahunterakhir. Pengaruhnya terhadap lahan yaitu terjadinya longsor di permukiman warga. Berdasarkanhasil overlay peta kesesuaian lahan dengan lahan terbangun, sekitar 129 ha 24% lahan permukimanberada di kawasan penyangga. Konversi lahan tersebut juga berpengaruh pada berkurangnya daerahresapan air yang berakibat pada berkurangnya debit air baw... konversilahan dari lahan resapan air menjadi lahan terbangun merupakan awal kerusakan lingkungan yang terjadi di DAS Citarum Hulu, walaupun sejak tahun 1982 Pemda Propinsi Jawa Barat telah mengeluarkan SK Gubernur No. 81.1/SK.1624-Bapp/1982 tentang Peruntukan Lahan di Wilayah Inti Bandung Raya Bagian Utara (Badan Pengendalian Lingkungan Hidup
Latar BelakangPermasalahanPengertian LahanPenyebab Konversi Lahan dari Berbagai AspekDampak Negatif dari Konversi LahanDampak Positif dari Konversi LahanUpaya Pengendalian Konversi Lahan Sawah Latar Belakang Konversi Lahan Adalah – Pengertian, Dampak, Alasan & Contohnya – Menurut Purwowidodo 1983 lahan mempunyai pengertian, yaitu suatu lingkungan fisik yang mencakup iklim, relief tanah, hidrologi, dan tumbuhan yang sampai pada batas tertentu akan mempengaruhi kemampuan penggunaan lahan. Sedangkan, sumberdaya lahan merupakan sumberdaya alam yang sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia karena diperlukan dalam setiap kegiatan manusia, seperti untuk pertanian, daerah industri, daerah pemukiman, jalan untuk transportasi, daerah rekreasi atau daerah-daerah yang dipelihara kondisi alamnya untuk tujuan ilmiah. Lahan pertanian memiliki fungsi yang besar bagi kemanusiaan melalui fungsi gandanya multifunctionality. Selain berfungsi sebagai penghasil produk pertanian tangible products yang dapat dikonsumsi dan dijual, pertanian memiliki fungsi lain yang berupa intangible products, antara lain mitigasi banjir, pengendali erosi, pemelihara pasokan air tanah, penambat gas karbon atau gas rumah kaca, penyegar udara, pendaur ulang sampah organik, dan pemelihara keanekaragaman hayati Agus dan Husen 2004. Fungsi sosial-ekonomi dan budaya pertanian juga sangat besar, seperti penyedia lapangan kerja dan ketahanan pangan. Eom dan Kang 2001 dalam Agus dan Husen 2004 mengidentifikasi 30 jenis fungsi pertanian di Korea Selatan. Saat ini, jumlah luasan lahan pertanian tiap tahunnya terus mengalami gangguan. Berkurangnya jumlah lahan pertanian ini merupakan akibat dari adanya peningkatan jumlah dan aktivitas penduduk serta aktivitas pembangunan Pasandaran 2006. Kondisi ini mengakibatkan permintaan akan lahan pun meningkat. Sehingga terjadi perubahan penggunaan lahan atau yang dikenal dengan konversi lahan. Konversi lahan dapat diartikan sebagai perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula seperti yang direncanakan menjadi fungsi lain yang membawa dampak negatif masalah terhadap lingkungan dan potensi lahan itu sendiri Utomo et al 1992. Penggunaan sumberdaya lahan akan mengarah kepada penggunaan yang secara ekonomi lebih menguntungkan yaitu ke arah penggunaan yang memberikan penerimaan keuntungan ekonomi yang paling tinggi. Penggunaan lahan untuk sawah merupakan salah satu penggunaan lahan yang mempunyai nilai land rent rendah dibandingkan dengan penggunaan lain. Hal tersebut menjadi salah satu alasan banyak terjadinya konversi lahan sawah ke penggunaan lain. Menurut Panuju 2004, rata-rata di seluruh wilayah di Jabodetabek pertumbuhan sektor pertanian terus mengalami penurunan. Permasalahan Konversi lahan di Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Luas lahan pertanian sawah di Indonesia tercatat sekitar 8,9 juta hektar, sekitar hektar telah beralih fungsi ke penggunaan lain setiap tahunnya Badan Pertanahan Nasional 2004. Konversi dapat menjadi persoalan serius pada masa mendatang bila tidak dapat ditangani dengan baik. Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk setiap tahun sementara luas wilayah yang cenderung tetap dapat meyebabkan meningkatnya nilai ekonomis akan lahan. Seiring dengan perkembangan ekonomi, tingkat kebutuhan akan semakin meningkat. Keterdesakan dalam pemenuhan kebutuhan yang terus meningkat menyebabkan masyarakat memikirkan strategi baru dalam pemenuhan kebutuhan. Salah satu daerah yang banyak mengalami konversi lahan, yaitu kota Bogor, khususnya daerah Puncak, Cisarua, jawa Barat. Kota Bogor merupakan salah satu kota di Jawa Barat yang memiliki posisi strategis sebagai kawasan yang menghubungkan antara kota Jakarta dengan kota Bandung. Letaknya yang berada diantara 106°43’30”BT – 106°51’00”BT dan 30’30”LS – 6°41’00”LS serta mempunyai ketinggian rata-rata minimal 190 meter sampai 330 meter di atas permukaan laut menjadikan kota Bogor sebagai kota yang sejuk dengan suhu udara rata-rata 26 °C dan kelembaban udaranya kurang lebih 70%. Letaknya yang strategis serta ditunjang kondisi sumber daya alam yang cukup melimpah menjadikan kota Bogor berpotensi sebagai komoditas ekonomi. Kekayaan panorama alam yang indah yang tersebar di beberapa titik menjadikan Bogor sebagai salah satu kawasan tujuan para wisatawan, baik lokal maupun asing. Dari sejumlah data menunjukkan jumlah penduduk pada tahun 2006 mencapai orang atau meningkat sebesar 37% dibandingkan dengan tahun 2005 yang berjumlah orang. Sedangkan wisatawan asing pada tahun 2005 berjumlah orang dan untuk tahun 2006 berjumlah orang. Dengan demikian mengalami peningkatan sebesar persen. Pemda Bogor 2010. Kawasan Puncak yang berada di dataran tinggi Jawa Barat memiliki keragaman sumberdaya alam yang bernilai ekonomis sebagai kawasan wisata alam. Secara administratif wilayah Puncak merupakan bagian dari Kabupaten Bogor yang difungsikan sebagai kawasan konservasi untuk menjaga dan mempertahankan lahan hijau sebagai kawasan resapan air. Letak geografisnya yang berada di ketinggian 330 meter di atas permukaan laut memberi predikat penting sebagai penjaga stabilitas laju air yang mengalir dari hulu ke hilir yang bermuara di kawasan kota Jakarta yang posisinya lebih rendah dari kota Bogor. Perilaku pengembangan investasi berupa rumah singgah villa di kawasan Puncak sangat Antroposentris. Artinya, kepentingan ekonomi didahulukan untuk kebutuhan manusia sementara nilai dan etika lingkungan diabaikan. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab perubahan besar yang mampu menggeser suatu tatanan ekosistem serta fungsi alaminya. Akibatnya, berujung pada dampak-dampak negatif seperti bencana banjir dan kerusakan ekologi. Lahan memiliki pengertian yang hampir serupa dengan sebelumnya bahwa lahan adalah suatu daerah di permukaan bumi dengan sifat-sifat tertentu yang meliputi biosfer, atmosfer, tanah, lapisan geologi, hidrologi, populasi tanaman, dan hewan serta hasil kegiatan manusia masa lalu dan sekarang, sampai pada tingkat tertentu dengan sifat-sifat tersebut mempunyai pengaruh yang berarti terhadap fungsi lahan oleh manusia pada masa sekarang dan masa yang akan datang Sitorus 2004. Jayadinata 1999 menggolongkan lahan dalam tiga kategori, yaitu 1 Nilai keuntungan, dihubungkan dengan tujuan ekonomi dan yang dapat dicapai dengan jual beli lahan di pasaran bebas. 2 Nilai kepentingan umum, yang dihubungkan dengan pengaturan untuk masyarakat umum dalam perbaikan kehidupan masyarakat. 3 Nilai sosial, yang merupakan hal mendasar bagi kehidupan yang dinyatakan oleh penduduk dengan perilaku yang berhubungan dengan pelestarian, tradisi, kepercayaan, dan sebagainya. Aturan-aturan dalam penggunaan lahan dijalankan berdasarkan pada beberapa kategori antara lain kepuasan, kecenderungan dalam tata guna lahan, kesadaran akan tata guna lahan, kebutuhan orientasi dan pemanfaatan atau pengaturan estetika Munir 2008. Penggunaan lahan itu sendiri dibagi ke dalam dua kelompok utama, yaitu penggunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan non pertanian. Penggunaan lahan pertanian dibedakan secara garis besar ke dalam macam penggunaan lahan berdasarkan atas penyediaan air dan komoditi yang diusahakan, dimanfaatkan atau yang terdapat di atas lahan tersebut, seperti penggunaan lahan tegalan, sawah, kebun kopi, kebun karet, padang rumput, hutan produksi, hutan lindung, padang alang-alang dan lain sebagainya. Sedangkan penggunaan lahan bukan pertanian dapat dibedakan atas penggunaan kota dan desa permukiman, industri, rekreasi, dan pertambangan Arsyad 1989. Namun, dalam rangka memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia yang terus berkembang dan untuk memacu pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi, pengelolaan sumberdaya lahan seringkali kurang bijaksana dan tidak mempertimbangkan aspek keberlanjutannya untuk jangka pendek sehingga kelestariannya semakin terancam.. Sebagai contoh yaitu berubahnya peruntukan fungsi lahan persawahan beririgasi menjadi lahan industri, dan fungsi hutan lindung menjadi lahan pemukiman. Contoh di atas adalah bentuk konversi lahan. Perubahan penggunaan lahan adalah bertambahnya suatu penggunaan lahan dari satu sisi penggunaan ke penggunaan yang lainnya diikuti dengan berkurangnya tipe penggunaan lahan yang lain dari suatu waktu ke waktu berikutnya, atau berubahnya fungsi suatu lahan pada kurun waktu yang berbeda Wahyunto et al 2001. Barlowe 1986, berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pola penggunaan lahan adalah 1. faktor-faktor fisik dan biologis; serta 2. Faktor ekonomi dan institusi kelembagaan. Faktor fisik dan biologis mencakup keadaan geologi, tanah, air, iklim, tumbuhan, hewan, dan kependudukan. Faktor ekonomi dicirikan oleh hukum pertanahan yang berlaku di masyarakat, sosial politik dan ekonomi masyarakat. Sedangkan, menurut Sihaloho 2004 konversi lahan dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor pada aras makro yang meliputi perubahan industri, pertumbuhan pemukiman, pertumbuhan penduduk, intervensi pemerintah, dan kemiskinan ekonomi. Faktor pada aras mikro yang meliputi pola nafkah rumah tangga struktur ekonomi rumah tangga, kesejahteraan rumah tangga orientasi nilai ekonomi rumah tangga, dan strategi bertahan hidup rumah tangga. Berdasarkan fakta di lapangan, ada dua jenis proses konversi lahan sawah, yaitu konversi sawah yang langsung dilakukan oleh petani pemilik lahan dan yang dilakukan oleh bukan petani lewat proses penjualan. Sebagian besar konversi lahan sawah tidak dilakukan secara langsung oleh petani tetapi oleh pihak lain yaitu pembeli. Konversi yang dilakukan langsung oleh petani luasannya sangat kecil. Hampir 70 persen proses jual beli lahan sawah melibatkan pemerintah, yaitu ijin lokasi dan ijin pembebasan lahan. Masalah mengenai lahan ini dipicu oleh manusia dalam upayanya memenuhi kebutuhannya baik itu sandang, papan dan pangan. Teori Robert Malthus menyatakan bahwa “Pangan bertambah mengikuti deret hitung sedangkan jumlah manusia akan bertambah seiring dengan deret ukur”. Hal ini yang menjadi pemicu bagi manusia untuk memanfaatkan lahan ditambah lagi dengan bertambahnya ilmu seseorang akan memicu orang tersebut untuk berfikir bagaimana dapat memanfaatkan sumber daya alam ini sehingga menghasilkan sesuatu yang bernilai. Ketersediaan lahan pertanian di Indonesia semakin sempit terutama lahan sawah sehingga upaya peningkatan produksi padi untuk memenuhi kebutuhan pangan semakin bermasalah. Hasil sensus pertanian menunjukkan bahwa penyebab penyempitan lahan sawah di Jawa antara lain konversi lahan sawah menjadi lahan non pertanian terutama untuk pembangunan kawasan permukiman. Konversi lahan ini, terutama pulau Jawa sebagai gudang pangan nasional, menyebabkan gangguan yang serius dalam pengadaan pangan nasional. Konversi lahan sawah yang tidak terkendali juga akan menyebabkan penurunan kapasitas penyerapan tenaga kerja pertanian dan perdesaan serta hilangnya aset pertanian bernilai tinggi Irawan et al 2001. Konversi lahan merupakan masalah yang tidak pernah akan habisnya karena semua sumber daya yang tuhan berikan merupakan anugerah yang diberikan agar manusia mampu memanfaatkannya dengan baik, namun pada saat ini manusia terkendala akan lahan yang diketahui jumlah tetap. Penyebab Konversi Lahan dari Berbagai Aspek Pengembangan tempat singgah yang biasanya berbentuk villa semakin banyak dibangun di kawasan puncak. Villa-villa tersebut tidak hanya sebagai tempat peristirahatan pribadi tetapi juga dapat dikomersilkan. Persoalannya, gedung-gedung itu didirikan di kawasan hutan lindung dan daerah aliran sungai DAS. Padahal, kawasan itu merupakan daerah resapan air di kawasan Puncak Bogor. Akibatnya, muncul permasalahan berupa kerusakan lingkungan, seperti fenomena banjir kiriman yang melanda Jakarta beberapa tahun terakhir dan kerusakan ekologi lainnya. Kerusakan tersebut tidak hanya disebabkan oleh tata ruang kota Jakarta yang tidak rapi, tetapi juga dinilai sebagai akibat semakin terkikisnya sumber-sumber resapan air akibat alih fungsi lahan konservasi hutan di kawasan Puncak, Bogor. Konversi lahan resapan air di kawasan puncak nampaknya sudah menjadi fenomena yang lazim. Bila pada tahun 1980-an di sepanjang jalan menuju puncak terhampar luas berbagai perkebunan, kini di lahan yang sama telah banyak berdiri villa, restoran, atau perumahan. Konversi lahan resapan air di kawasan puncak nampaknya sudah menjadi bagian dari hukum permintaan dan penawaran. Ketersediaan lahan yang terbatas sementara permintaan terhadap lahan terus meningkat menuntut realokasi penggunaan lahan ke arah yang paling menguntungkan. Berbagai penelitian yang telah dilakukan, secara garis besar faktor penyebab konversi dapat dipilah menjadi dua, yaitu pada tingkat makro dan mikro. Dalam tataran makro, konversi lahan di kawasan puncak disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk, pertumbuhan ekonomi sektor non-perkebunan yang pesat, implementasi undang-undang yang lemah, serta gaya hidup. Dalam skala mikro, alasan utama dilakukan konversi lahan adalah karena kebutuhan, lahannya berada dalam kawasan yang menarik, serta harga lahan yang relatif murah. Semua penyebab konversi itu akhirnya bermuara pada motif ekonomi, yaitu penggunaan lahan untuk peruntukan yang baaru dipandang lebih menguntungkan daripada digunakan untuk lahan perkebunan atau resapan air hujan. Dampak Negatif dari Konversi Lahan Secara teoritis, alih fungsi lahan dapat menimbulkan kerugian, terutama hilangnya daerah resapan air hujan serta hilangnya lahan produktif hasil perkebunan, disamping tidak menampik adanya manfaat ekonomi. Namun demikian, tidaklah mudah untuk membuat kalkulasi pasti dari manfaat dan kerugian akibat konversi ini, karena cukup banyak manfaat dan kerugian yang sulit diukur. Dampak negatif konversi lahan di kawasan puncak Bogor adalah hilangnya “peluang” memproduksi hasil perkebunan dilahan perkebunan yang terkonversi, diantaranya hilangnya produksi perkebunan dan nilainya. Selain itu, dampak yang bisa terjadi yaitu erosi tanah, yang tidak hanya berdampak terhadap daerah yang langsung terkena, tetapi juga daerah hilirnya, antara lain berupa pendangkalan dam-dam penyimpan cadangan air dan saluran irigasinya, pendangkalan sungai, dan pengendapan partikel-partikel tanah yang tererosi di daerah cekungan. Dengan demikian bukan saja lahan yang terkena dampak, tetapi juga kondisi sumber daya air menjadi buruk. Dampak lain yang sering kita rasakan pula ialah banjir, banjir disebabkan oleh berkurangnya daerah serapan air yang dikonversi oleh bangunan sehingga banyak menimbulkan bahaya bagi manusia karena dampak banjir pun mampu melumpuhkan roda perekonomian, hal itu pernah terjadi pada ibukota Jakarta pada tahun 2007. Banjir pun dapat disebabkan oleh tata perencanaan kota dan ruang serta banyak sampah yang menghalangi air sehingga aliran air sungai terhambat dan tidak dapat mengalir ke laut serta sistem drainase yang buruk dapat memicu terjadinya banjir. Konversi lahan pun memiliki dampak yang buruk terhadap produktivitas lahan karena produktivitas lahan dipengaruhi oleh luas lahan dan produk yang mampu di produksi pada lahan tersebut. Hal ini dikarenakan apabila suatu lahan pertanian telah dikonversi menjadi non pertanian maka lahan tersebut tidak dapat dimanfaatkan kembali sebagai lahan pertanian karena lahan setelah konversi akan menurunkan kesuburan dari lahan tersebut serta mengakibatkan kerusakan atau gangguan fungsi lahan pertanian. Dampak Positif dari Konversi Lahan Selain dampak negatif dari konversi lahan, terdapat dampak positif dari konversi lahan tersebut yakni terdapatnya lapangan pekerjaan untuk penduduk sekitar, sehingga para penduduk yang tidak memiliki pendapatan akan mendapatkan penghasilan. Kebutuhan sandang seperti pemukiman untuk penduduk bisa terpenuhi. Selain itu akses informasi publik dari akan lebih cepat diterima setelah adanya pembangunan. Konversi lahan menyebabkan lebih banyaknya investor yang datang dan memberikan dana untuk melakukan pembangunan di wilayah tersebut. Adanya konversi lahan ini akan berakibat wilayah tersebut akan lebih maju karena adanya pembangunan di wilayah tersebut. Upaya Pengendalian Konversi Lahan Sawah Berdasarkan fakta, upaya pencegahan konversi lahan sulit dilakukan, karena lahan merupakan private good yang legal untuk ditransaksikan. Oleh karena itu, upaya yang dapat dilakukan hanya bersifat pengendalian. Pengendalian yang dilakukan sebaiknya bertitik tolak dari faktor-faktor penyebab terjadinya konversi lahan sawah, yaitu faktor ekonomi, sosial, dan perangkat hukum. Namun hal tersebut hendaknya didukung oleh keakuratan pemetaan dan pendataan penggunaan lahan yang dilengkapi dengan teknologi yang memadai Suwarno, 1996. Pemberian izin mendirikan bangunan IMB merupakan salah satu upaya pencegahan konversi lahan, dimaksudkan untuk pembinaan agar orang atau badan yang bermaksud membangun dapat membangun sesuai ketentuan yang berlaku, pengaturan akan tata kelola bangunan, pengendalian agar menghindari laju pembangunan yang terlalu tinggi yang akan berdampak buruk bagi lingkungan serta, pengawasan atas kegiatan mendirikan bangunan oleh orang pribadi maupun institusi. Demikian penjelasan artikel diatas Konversi Lahan Adalah – Pengertian, Dampak, Alasan & Contohnya semoga dapat bermanfaat untuk pembaca setia
Konversilahan pertanian menjadi permukiman pasti akan menimbulkan dampak. baik dampak positif maupun dampak negatif. yang tidak tergolong dampak negatif konversi lahan berikut ini adalah: hilangnya lahan ruang terbuka hijau. banyaknya limbah dari berbagai industri. petani dan buruh tani kehilangan mata pencaharian. berkurangnya lahan resapan air.
Pendahuluan Pernahkah kalian mendengar negara Singapura melakukan reklamasi untuk memperluas daratan? Reklamasi adalah alih fungsi lahan pantai menjadi daratan. Reklamasi tersebut disebut salah satu bentuk alih fungsi lahan yang disebut konversi lahan. Biasanya, mengubah expanse pertanian menjadi surface area dengan kegunaan lain, misalnya menjadi permukiman atau industri. Konversi lahan menjadi fenomena yang sering dijumpai di negara-negara Asean. Tidak hanya dilakukan diluar negeri, reklamasi juga dan telah akan dilakukan di berbagai wilayah di Indonesia. Beberapa contoh kawasan reklamasi di tanah air antara lain di teluk Dki jakarta, Pantai Mamuju, Denpasar, Manado, Semarang, Tangerang, dan juga di Makassar. Proyek reklamasi dan revitalisasi di pantai utara Jakarta ditujukan untuk membangun kawasan tersebut menjadi daerah kawasan aktivitas bisnis, perekonomian maupun pemukiman. Dengan gagasan itu juga, Pemerintah Provinsi DKI Djakarta dan beberapa perusahaan mitra kerjanya ingin menjadikan Jakarta sebagai “Water Forepart City”. Kemudian, proyek reklamasi di pantai Mamuju, Sulawesi Barat. Mempercantik kota menjadi tujuan dari proyek reklamasi di lahan seluas eight,3 hektar ini. Jalan dua jalur akan dibangun di sekitar kawasan ini. Selain itu, fasilitas pelayanan publik juga akan dibangun. Dengan adanya pembangunan fasilitas publik ini, reklamasi diharapkan akan mendorong pertumbuhan ekonomi Mamuju. Contohnya adalah, proyek pembangunan pusat jajanan serba ada pujasera, bisnis, perumahan, perkantoran, perbelanjaan, dan hotel. Selanjutnya reklamasi di Denpasar, Bali. Reklamasi di lahan seluas 380 hektar ini bertujuan untuk menghubungkan gugusan pulau Serangan. Lalu, reklamasi pantai di kota Manado, Sulawesi Utara, kawasan ini akan dikembangkan sebagai kawasan fungsional dengan pola super blok dan mengarah pada terbentuknya Central Business organization District CBD. Konversi lahan pertanian sering terjadi di negara-negara Asean dengan laju pertumbuhan penduduk relatif tinggi, seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, Vietnam, Laos, Kamboja, dan Filipina. Konversi terjadi terutama di daerah pinggiran kota ataupun area persawahan yang letaknya berdekatan dengan fasilitas umum, seperti di dekat pasar. Konversi lahan pertanian bersifat menular, artinya ketika satu petak lahan telah dikonversi, lahan pertanian di sekitar petak tersebut juga rawan dikonversi. Hal ini berpengaruh terhadap kelangsungan kehidupan masyarakat di daerah tersebut. a. Pengaruh Konversi Lahan Pertanian Menjadi Lahan Industri Konversi lahan pertanian menjadi lahan industri banyak terjadi di negara-negara sedang berkembang, seperti negara-negara Asean. Konversi lahan pertanian menjadi lahan industri banyak terjadi di pinggir kota. Biasanya, pemilik perusahaan mendirikan industri di sana karena beberapa alasan, di antaranya sebagai berikut. Pembangunan industri lebih memilih lahan yang strategis. Sebagian besar lahan strategis tersebut merupakan lahan pertanian. Harga lahan pertanian relatif lebih murah dibandingkan dengan lahan terbangun. Pembangunan industri memilih akses yang lebih mudah. Industri dibangun dekat dengan bahan baku lahan pertanian menjadi pilihan yang baik Faktor sosial dan budaya hukum waris. Konversi lahan pertanian menjadi industri mengakibatkan petani “terusir” dari tanah mereka digantikan oleh uang. Awalnya, petani di pedesaan mempunyai tanah, namun kemudian mereka menjadi petani gurem dan tak bertanah. Kondisi ini memengaruhi sistem social dan budaya hukum waris yang berorientasi pada nilai uang. Anak-anak petani tidak lagi diwarisi lahan pertanian, tetapi diganti dengan pembagian uang hasil penjualan lahan pertanian. Penggunaan lahan dalam pembangunan industri memerlukan perhatian beberapa negara industri. Pasalnya, tidak semua industri yang akan atau sudah dibangun berada di lahan yang tepat dan tidak menempati lahan produktif seperti lahan pertanian. Berbagai masalah akan timbul akibat konversi lahan dari lahan pertanian menjadi industri, antara lain Lahan pertanian berkurang, yang membuat produktivitas pangan dari pertanian menurun. Lahan pertanian sekitar industri berpotensi terkena imbas pencemaran akibat limbah atau polusi dari industri baik tanah, air, maupun udara. Konversi lahan itu menular, yang mengancam ketersediaan lahan pertanian. b. Pengaruh Konversi Lahan Pertanian Menjadi Lahan Permukiman Permukiman menjadi kebutuhan pokok manusia. Semakin banyak jumlah manusia, expanse permukiman yang dibutuhkan juga semakin luas. Kondisi ini terjadi juga di negara-negara anggota Asean. Konversi lahan pertanian menjadi permukiman marak dilakukan di negara-negara Asean. Konversi lahan pertanian menjadi permukiman pasti akan menimbulkan dampak, sama seperti konversi lahan pertanian menjadi lahan industri. Biasanya, selalu berdampak negatif apabila dilihat dari sisi fungsi lahan pertanian itu sendiri. Adapun dampak negatifnya itu adalah sebagai berikut. Luas lahan pertanian semakin berkurang sehingga produktivitas pangan semakin kecil. Petani dan buruh tani kehilangan mata pencahariannya. Hilangnya lahan ruang terbuka hijau RTH. Berkurangnya lahan resapan air. Konversi lahan identik dengan perubahan kondisi ruang. Konversi lahan tidak dapat dicegah karena kebutuhan manusia akan ruang tidak dapat dihindari. Mencegah konversi lahan bisa jadi menghambat pembangunan suatu negara. Oleh karena itu, konversi lahan pertanian harus tetap terjadi. Meskipun demikian, kita harus mengawasi konversi lahan yang terjadi, jangan sampai mengganggu keseimbangan alam, ekosistem, dan kelangsungan hidup sebagian warga negara. Rincian Kerja Baca pendahuluan diatas ! Perhatikan foto/gambar lahan pertanian diatas ! Diskusikan dengan anggota kelompokmu mengenai gambar i, two dan iii, four ! Paparkan hasil diskusi kelompokmu tentang apa yang terjadi pada ke dua kelompok gambar/foto tersebut dan apa dampaknya ! Pertanyaan Sebutkan apa yang dimaksud dengan konversi lahan ! Jelaskan sesuai dengan pendapatmu apa yang terjadi pada gambar one, ii dan 3, 4 ! Sebutkan masing-masing 3 dampak atau masalah akibat konversi lahan pertanian menjadi lahan industri dan pemukiman ! Page 2 Dki jakarta – Alih fungsi lahan pertanian menjadi permukiman tanpa pengawasan dapat berdampak negatif bagi manusia dan makhluk hidup lainnya. Apa saja dampak alih fungsi lahan pertanian menjadi permukiman? Alih fungsi lahan atau konversi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula atau yang seperti direncanakan menjadi fungsi lain yang membawa dampak negatif terhadap lingkungan dan potensi lahan itu sendiri, seperti dikutip dari buku Perubahan Alih Fungsi Lahan oleh Fauziyah, dan Muh. Iman, Alih fungsi lahan merupakan salah satu konsekuensi dari perkembangan wilayah yang merespons pertambahan penduduk. Hal ini tampak dari alih fungsi lahan sawah menjadi lahan pemukiman perkotaan. Sebagian besar alih fungsi lahan tersebut menunjukkan ketimpangan penguasaan lahan yang didominasi pemilik izin mendirikan bangunan pemukiman, baik secara horizontal real manor atau vertikal apartemen. Dampak alih fungsi lahan pertanian menjadi permukiman yakni sebagai berikut. 1. Turunnya produksi pertanian Dampak alih fungsi lahan pertanian menjadi permukiman yaitu produktivitas pangan akan menjadi berkurang atau menurun, seperti dikutip dari buku Xplore Ulangan Harian SMP/MTs Kelas viii oleh Tim Foton Edukasi. Lahan pertanian yang menjadi lebih sempit karena alih fungsi menyebabkan hasil produksi pangan juga menurun, seperti makanan pokok, buah-buahan, sayur, dan lain-lain. two. Hilangnya kesempatan petani Alih fungsi lahan pertanian menjadi permukiman membuat petani kehilangan kesempatan untuk menggarap lahannya secara berkelanjutan dan menjadikannya mata pencaharian. Petani juga jadi kehilangan kesempatan untuk mendapat manfaat panen atau hasil pertaniannya, baik untuk keluarga sendiri atau untuk dijual. three. Investasi pemerintah di bidang pengairan jadi tidak optimal Dampak alih fungsi lahan pertanian menjadi permukiman selanjutnya yakni investasi pemerintah di bidang pengairan jadi tidak optimal. Sarana dan prasarana dalam irigasi yang sudah didanai pemerintah jadi tidak difungsikan optimal karena sebagian sasarannya kini tidak lagi lahan pertanian, tetapi pemukiman. 4. Berkurangnya ekosistem sawah Berkurangnya ekosistem sawah di antaranya disebabkan oleh pembangunan pemukiman penduduk, industri, pertokoan, dan pariwisata. Ekosistem sawah yang berkurang karena alih fungsi lahan menjadi pemukiman meliputi komponen biotik dan abiotik. Sebagai informasi, contoh komponen biotik sawah yaitu tumbuhan seperti padi dan jagung, serangga, burung, dan keong. Sementara itu, komponen abiotik sawah yaitu seperti cahaya matahari, suhu, air, angin, batu, dan kelembaban tanah. Nah, jadi dampak alih fungsi lahan pertanian menjadi permukiman yaitu produktivitas pangan akan menjadi berkurang atau menurun, di samping dampak-dampak di atas lainnya. Selamat belajar ya, detikers. Simak Video “Warga Sukabumi Ngeluh Puluhan Tahun Irigasi Rusak, Apa Respons Kadis PU?“ twu/pal Folio 2 Jakarta – Alih fungsi lahan pertanian menjadi permukiman tanpa pengawasan dapat berdampak negatif bagi manusia dan makhluk hidup lainnya. Apa saja dampak alih fungsi lahan pertanian menjadi permukiman? Alih fungsi lahan atau konversi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula atau yang seperti direncanakan menjadi fungsi lain yang membawa dampak negatif terhadap lingkungan dan potensi lahan itu sendiri, seperti dikutip dari buku Perubahan Alih Fungsi Lahan oleh Fauziyah, dan Muh. Iman, Alih fungsi lahan merupakan salah satu konsekuensi dari perkembangan wilayah yang merespons pertambahan penduduk. Hal ini tampak dari alih fungsi lahan sawah menjadi lahan pemukiman perkotaan. Sebagian besar alih fungsi lahan tersebut menunjukkan ketimpangan penguasaan lahan yang didominasi pemilik izin mendirikan bangunan pemukiman, baik secara horizontal real estate atau vertikal apartemen. Dampak alih fungsi lahan pertanian menjadi permukiman yakni sebagai berikut. 1. Turunnya produksi pertanian Dampak alih fungsi lahan pertanian menjadi permukiman yaitu produktivitas pangan akan menjadi berkurang atau menurun, seperti dikutip dari buku Xplore Ulangan Harian SMP/MTs Kelas 8 oleh Tim Foton Edukasi. Lahan pertanian yang menjadi lebih sempit karena alih fungsi menyebabkan hasil produksi pangan juga menurun, seperti makanan pokok, buah-buahan, sayur, dan lain-lain. 2. Hilangnya kesempatan petani Alih fungsi lahan pertanian menjadi permukiman membuat petani kehilangan kesempatan untuk menggarap lahannya secara berkelanjutan dan menjadikannya mata pencaharian. Petani juga jadi kehilangan kesempatan untuk mendapat manfaat panen atau hasil pertaniannya, baik untuk keluarga sendiri atau untuk dijual. three. Investasi pemerintah di bidang pengairan jadi tidak optimal Dampak alih fungsi lahan pertanian menjadi permukiman selanjutnya yakni investasi pemerintah di bidang pengairan jadi tidak optimal. Sarana dan prasarana dalam irigasi yang sudah didanai pemerintah jadi tidak difungsikan optimal karena sebagian sasarannya kini tidak lagi lahan pertanian, tetapi pemukiman. 4. Berkurangnya ekosistem sawah Berkurangnya ekosistem sawah di antaranya disebabkan oleh pembangunan pemukiman penduduk, industri, pertokoan, dan pariwisata. Ekosistem sawah yang berkurang karena alih fungsi lahan menjadi pemukiman meliputi komponen biotik dan abiotik. Sebagai informasi, contoh komponen biotik sawah yaitu tumbuhan seperti padi dan jagung, serangga, burung, dan keong. Sementara itu, komponen abiotik sawah yaitu seperti cahaya matahari, suhu, air, angin, batu, dan kelembaban tanah. Nah, jadi dampak alih fungsi lahan pertanian menjadi permukiman yaitu produktivitas pangan akan menjadi berkurang atau menurun, di samping dampak-dampak di atas lainnya. Selamat belajar ya, detikers. Simak Video “Warga Sukabumi Ngeluh Puluhan Tahun Irigasi Rusak, Apa Respons Kadis PU?“ [GambasVideo 20detik] twu/pal
Halini yang mengakibatkan terjadi banyaknya konversi lahan pertanian di kawasan pinggiran Kota Surakarta contohnya adalah seperti yang terjadi di Kecamatan Jaten. Kecamatan Jaten merupakan kecamatan yang terletak di pinggiran Kota Surakarta yang mempunyai rata-rata laju pertumbuhan penduduk tinggi, yaitu 2,01% dari tahun 2004-
Pengaruh Konversi Lahan Pertanian ke Industri dan Pemukiman terhadap Perubahan Ruang dan Interaksi Antarruang – Pernahkah kalian mendengar negara Singapura melakukan reklamasi untuk memperluas daratan? Reklamasi adalah alih fungsi lahan pantai menjadi daratan. Reklamasi tersebut disebut salah satu bentuk alih fungsi lahan yang disebut konversi lahan. Biasanya, mengubah area pertanian menjadi area dengan kegunaan lain, misalnya menjadi permukiman atau industri. Konversi lahan menjadi fenomena yang sering dijumpai di negara-negara ASEAN. Konversi lahan pertanian sering terjadi di negara-negara ASEAN dengan laju pertumbuhan penduduk relatif tinggi, seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, Vietnam, Laos, Kamboja, dan Filipina. Konversi terjadi terutama di daerah pinggiran kota ataupun area persawahan yang letaknya berdekatan dengan fasilitas umum, seperti di dekat pasar. Konversi lahan pertanian bersifat menular, artinya ketika satu petak lahan telah dikonversi, lahan pertanian di sekitar petak tersebut juga rawan dikonversi. Hal ini berpengaruh terhadap kelangsungan kehidupan masyarakat di daerah tersebut. Pengaruh Konversi Lahan Pertanian Menjadi Lahan Industri Konversi lahan pertanian menjadi lahan industri banyak terjadi di negara-negara sedang berkembang, seperti negara-negara ASEAN. Konversi lahan pertanian menjadi lahan industri banyak terjadi di pinggir kota. Biasanya, pemilik perusahaan mendirikan industri di sana karena beberapa alasan, di antaranya sebagai berikut. Pembangunan industri lebih memilih lahan yang strategis. Sebagian besar lahan strategis tersebut merupakan lahan lahan pertanian relatif lebih murah dibandingkan dengan lahan industri memilih akses yang lebih dibangun dekat dengan bahan baku lahan pertanian menjadi pilihan yang sosial dan budaya hukum waris. Konversi lahan pertanian menjadi industri mengakibatkan petani “terusir” dari tanah mereka digantikan oleh uang. Awalnya, petani di pedesaan mempunyai tanah, namun kemudian mereka menjadi petani gurem dan tak bertanah. Kondisi ini memengaruhi sistem sosial dan budaya hukum waris yang berorientasi pada nilai uang. Anak-anak petani tidak lagi diwarisi lahan pertanian, tetapi diganti dengan pembagian uang hasil penjualan lahan lahan dalam pembangunan industri memerlukan perhatian beberapa negara industri. Pasalnya, tidak semua industri yang akan atau sudah dibangun berada di lahan yang tepat dan tidak menempati lahan produktif seperti lahan pertanian. Berbagai masalah akan timbul akibat konversi lahan dari lahan pertanian menjadi industri, antara lain Lahan pertanian berkurang, yang membuat produktivitas pangan dari pertanian pertanian sekitar industri berpotensi terkena imbas pencemaran akibat limbah atau polusi dari industri baik tanah, air, maupun lahan itu menular, yang mengancam ketersediaan lahan Konversi Lahan Pertanian Menjadi Lahan Permukiman Permukiman menjadi kebutuhan pokok manusia. Semakin banyak jumlah manusia, area permukiman yang dibutuhkan juga semakin luas. Kondisi ini terjadi juga di negara-negara anggota ASEAN. Konversi lahan pertanian menjadi permukiman marak dilakukan di negara-negara ASEAN. Konversi lahan pertanian menjadi permukiman pasti akan menimbulkan dampak, sama seperti konversi lahan pertanian menjadi lahan industri. Biasanya, selalu berdampak negatif apabila dilihat dari sisi fungsi lahan pertanian itu sendiri. Adapun dampak negatif dari Konversi Lahan Pertanian Menjadi Lahan Permukiman adalah sebagai berikut. Luas lahan pertanian semakin berkurang sehingga produktivitas pangan semakin dan buruh tani kehilangan mata lahan ruang terbuka hijau RTH.Berkurangnya lahan resapan air. Konversi lahan identik dengan perubahan kondisi ruang. Konversi lahan tidak dapat dicegah karena kebutuhan manusia akan ruang tidak dapat dihindari. Mencegah konversi lahan bisa jadi menghambat pembangunan suatu negara. Oleh karena itu, konversi lahan pertanian harus tetap terjadi. Meskipun demikian, kita harus mengawasi konversi lahan yang terjadi, jangan sampai mengganggu keseimbangan alam, ekosistem, dan kelangsungan hidup sebagian warga negara. Video Pembelajaran Pengaruh Konversi Lahan Pertanian ke Industri dan Pemukiman terhadap Perubahan Ruang Berikut ini adalah video pembelajaran yang bisa kalian gunakan untuk melengkapi pengalaman belajar dan menambah wawasan IPS. Latihan Soal Evaluasi Pembelajaran Setelah membaca dan menonton bahan ajar online di atas silakan kerjakan asesmen pembelajaran IPS berikut ini. Demikianlah bahan ajar online materi Pengaruh Konversi Lahan Pertanian ke Industri dan Pemukiman terhadap Perubahan Ruang yang bisa kami sajikan. Semoga bermanfaat untuk Anda semua

Berkembangnyalahan permukiman pada 20 tahun terakhir umumnya terjadi pada kawasan bagian timur Kota Padang melalui alih fungsi tutupan lahan hutan, kebun, semak, dan sawah menjadi lahan permukiman. Tahun 1988, luasan lahan permukiman adalah 3.157 ha, pada tahun 1998 berkembang menjadi 10.168 ha, dan tahun 2008 berkembang menjadi 16.608 ha.

area permukiman yang dibutuhkan juga semakin luas. Kondisi ini terjadi juga di negara-negara anggota ASEAN. Konversi lahan pertanian menjadi permukiman marak dilakukan di negara-negara ASEAN. Konversi lahan pertanian menjadi permukiman pasti akan menimbulkan dampak, sama seperti konversi lahan pertanian menjadi lahan industri. Biasanya, selalu berdampak negatif apabila dilihat dari sisi fungsi lahan pertanian itu sendiri. Adapun dampak negatifnya itu adalah sebagai berikut. 1 Luas lahan pertanian semakin berkurang sehingga produktivitas pangan semakin kecil. 2 Petani dan buruh tani kehilangan mata pencahariannya. 3 Hilangnya lahan ruang terbuka hijau RTH. 4 Berkurangnya lahan resapan air. Konversi lahan identik dengan perubahan kondisi ruang. Konversi lahan tidak dapat dicegah karena kebutuhan manusia akan ruang tidak dapat dihindari. Mencegah konversi lahan bisa jadi menghambat pembangunan suatu negara. Oleh karena itu, konversi lahan pertanian harus tetap terjadi. Meskipun demikian, kita harus mengawasi konversi lahan yang terjadi, jangan sampai mengganggu keseimbangan alam, ekosistem, dan kelangsungan hidup sebagian warga negara. Ringkasan • Letak astronomis negara-negara ASEAN adalah 28°LU-11°LS dan 93°BT- 141°BT. • Berdasarkan letak geografis, negara-negara ASEAN berada di antara dua samudra dan dua benua. • Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan jarak relatif antara dua negara semakin pendek. • Adanya kebutuhan untuk meningkatkan kebutuhan ekonomi menyebabkan terjadinya interaksi antarnegara terutama dalam hal perdagangan. • Konversi lahan pertanian menyebabkan perubahan ruang. • Setiap negara di Asia Tenggara memiliki karakteristik berbeda. • Kerja sama antarnegara dilakukan karena terdapat kebutuhan berbeda di setiap negara. • Kerja sama di berbagai bidang mengakibatkan adanya perubahan ruang dan interaksi atau aktivitas masyarakat ASEAN dalam bidang ekonomi, sosial, budaya, politik, dan pendidikan. Kerjakan di buku tugasmu! I. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat. 1. Negara yang berbentuk geografis protruded dan penduduknya mayoritas ras mongol yaitu . . . . a. Myanmar b. Thailand c. Laos d. vietnam 2. Negara yang terletak paling utara di ASEAN yaitu . . . . a. Thailand b. Myanmar c. Filipina d. Kamboja Latihan 3. Bentuk karakteristik budaya yang diakibatkan perbedaan iklim kawasan negara- negara ASEAN yaitu . . . . a. cara berpakaian b. cara berbicara c. upacara perkawinan d. pola makan 4. Akibat dari banyak negara-negara ASEAN yang dilewati jalur lipatan Sirkum Pasifik adalah . . . . a. sering terjadi banjir b. beriklim tropis c. banyak memiliki pantai d. sering terjadi gempa bumi 5. Negara anggota ASEAN yang kegiatan perekonomiannya tidak didukung oleh pertanian yaitu . . . . a. Indonesia b. Malaysia c. Singapura d. Laos 6. Manakah dari negara-negara ASEAN berikut yang memiliki iklim subtropis? a. Myanmar b. Laos c. Filipina d. Vietnam 7. Iklim yang terbentuk akibat letak negara-negara ASEAN di sekitar khatulistiwa dan diapiti daratan luas Asia dan Australia yaitu . . . . a. iklim tropis dan iklim musim b. iklim tropis dan iklim laut c. ilklim laut dan iklim hutan hujan d. iklim kemarau dan iklim musim penghujan 8. Kerja sama yang diadakan para menteri pada pertemuan Defence Ministers Meeting ADMM membahas bidang . . . . a. sosial b. pendidikan c. politik d. budaya 9. Berdasarkan keputusan Mahkamah Internasional, Pulau Ligitan dan Sipadan diberikan kepada negara . . . . a. Indonesia b. Singapura c. Filipina d. Malaysia 10. Nilai positif dari kasus pengungsi manusia perahu dari Myanmar yang menimbulkan interaksi antarnegara ASEAN antara lain . . . . a. bertambahnya warga asing b. memupuk rasa kemanusiaan c. meningkatkan persaingan kerja d. diskriminasi sosial pengungsi 11. Salah satu bentuk kerja sama negara-negara ASEAN di bidang pedidikan yaitu . . . . a. ASEAN Commission on the Promotion and Protection of the Rights of Women and Children b. ASEAN Council Teachers Convention c. ASEAN Tourism Agreement d. Defence Ministers Meeting 12. Salah satu kerja sama antarnegara ASEAN di bidang industri berikut ini adalah . . . . a. proyek industri tambang ASEAN Copper Fabrication Project di Filipina dengan Singapura b. proyek vaksin ASEAN Vaccine Project di Singapura dengan Kamboja c. proyek pupuk ASEAN Aceh Fertilizer Project di Indonesia dengan Malaysia d. proyek soda api Rock Salt Soda Ash Project di Thailand dengan Indonesia 13. Salah satu bentuk kerja sama di bidang politik antarnegara-negara ASEAN adalah . . . . a. membangun pupuk urea di Malaysia b. menanggulangi penyalahgunaan narkotika c. melaksanakan festival seni ASEAN d. membentuk Pusat Informasi Pariwisata 14. Faktor pendorong kerja sama antarnegara ASEAN yaitu . . . . a. kesamaan dan perbedaan ideologi b. kesamaan dan perbedaan sumber daya alam c. kesamaan dan perbedaan kondisi geografis 15. Bentuk kerja sama dalam bidang politik antara lain . . . . a. penyelenggaraan pesta dua tahun sekali SEA-Games b. menyediakan cadangan pangan untuk negara-negara ASEAN c. traktat Bantuan Hukum Timbal Balik di Bidang Pidana Treaty on Mutual Assistance in Criminal Matters/MLAT d. penandatanganan kesepakatan bersama ASEAN Tourism Agreement 16. Sungai yang dimanfaatkan sebagai sarana transportasi utama di Indonesia, yaitu . . . . a. Sungai Musi b. Sungai Barito c. Sungai Mahakam d. Sungai Bengawan Solo 17. Perhatikan contoh di bawah ini. 1 Penggunaan monorel kereta jurusan Bandung-Jakarta. 2 Kemacetan yang panjang di Johor, Malaysia. 3 Penggunaan hutan sebagai jalur Jalan Lintas Selatan JJLS di Jawa. 4 Pembangunan transportasi bawah tanah di Thailand. 5 Alih fungsi lahan dari pemukiman menjadi kawasan bandar udara. Manakah pernyataan yang menunjukkan dampak negatif dari interaksi antarnegara-negara ASEAN yang menimbulkan perubahan di bidang transportasi? a. 1, 2, dan 4. b. 1, 3, dan 5. c. 2, 3, dan 5. d. 3, 4, dan 5. 18. Nelayan ikan dengan skala besar yang beroperasi di kawasan Asia Tenggara memanfaatkan data cuaca, suhu, arah angin untuk mencari ikan di lautan. Fenomena ini berkaitan dengan faktor yang mempengarui interaksi antarruang, yaitu . . . . a. faktor geologi b. faktor ketersediaan sumber daya c. faktor iklim d. faktor teknologi 19. Perubahan sebagian atau seluruh fungsi lahan dari fungsi semula menjadi fungsi yang lain dan memengaruhi lingkungan dan potensi lahan itu sendiri disebut . . . . a. pergantian lahan b. penggunaan tanah 20. Dampak alih fungsi lahan pertanian menjadi pemukiman, yaitu produktivitas pangan akan menjadi . . . . a. naik b. turun c. signifikan d. menguntungkan II. Esai 1. Sebutkan batas wilayah ASEAN berdasarkan letak geografisnya! 2. Berikan contoh bahwa iklim dapat memengaruhi perubahan ruang dan interaksi antarruang! 3. Bagaimana peran teknologi komunikasi dalam interaksi antarruang di negara- negara ASEAN? 4. Jelaskan mengapa negara Singapura lebih berfokus pada perdagangan dan industri! 5. Jelaskan alasan negara-negara Asia Tenggara perlu mengandalkan kerja sama ekonomi!

woU5.
  • g8fco4wa1a.pages.dev/104
  • g8fco4wa1a.pages.dev/76
  • g8fco4wa1a.pages.dev/354
  • g8fco4wa1a.pages.dev/321
  • g8fco4wa1a.pages.dev/126
  • g8fco4wa1a.pages.dev/229
  • g8fco4wa1a.pages.dev/7
  • g8fco4wa1a.pages.dev/304
  • g8fco4wa1a.pages.dev/333
  • konversi lahan permukiman di asean umumnya terjadi di wilayah